Bagaimana mengetahui lewat hati ?
Bagaimana mengetahui lewat hati ?
Filusuf Ilahi Mulla Shadra ra.
berkata, "Sesungguhnya ruh manusia jika lepas dari badan dan berhijrah
menuju Tuhannya untuk menyaksikan tanda-tanda-Nya yang sangat besar,
dan juga ruh itu bersih dari kamaksiatan-kemaksiatan, syahwat dan
ketarkaitan, maka akan tampak padanya cahaya makrifat dan keimanan
kepada Allah dan malakut-Nya yang sangat tinggi. Cahaya itu jika
menguat dan mensubstansi, maka ia menjadi substansi yang qudsi, yang
dalam istilah hikmah teoritis oleh
para ahli hikmat disebut dengan akal efektif dan dalam istilah syariat
kenabian disebut ruh yang suci. Dengan cahaya akal yang kuat, maka
terpancar di dalamnya -yakni ruh manusia yang suci- rahasiarahasia yang
ada di bumi dan di langit dan akan tampak darinya hakikat-hakikat
segala sesuatu sebagimana tampak dengan cahaya sensual mata (alhissi)
gambaran-gambaran konsepsi dalam kekuatan mata jika tidak terhalang
tabir. Tabir di sini -dalam pembahasan ini adalah pengaruh-pengaruh alam
tabiat dan kesibukan-kesibukan dunia, karena hati dan ruh -sesuai
dengan bentuk ciptaannya- mempunyai kelayakan untuk menerima cahaya
hikmah dan iman jika tidak dihinggapi kegelapan yang merusaknya seperti
kekufuran, atau tabir yang menghalanginya seperti kemaksiatan dan yang
berkaitan dengannya " Kemudian beliau melanjutkan, "Jika jiwa berpaling
dari ajakan-ajakan tabiat dan kegelapan-kegelapan hawa nafsu, dan
menghadapkan dirinya kepada Alhaq dan alam malakut, maka jiwa itu akan
berhubungan dengan kebahagiaan yang sangat tinggi dan akan tampak
padanya rahasia alam malakut dan terpantul padanya kesucian (qudsi)
Lahut ." (al-Asfar al-Arba'ah jilid 7 halaman 24-25).
Tentang kebenaran realita alam ruh dan hati ini, Ibnu Sina berkata,
"Sesungguhnya para 'arifin mempunyai maqom-maqom dan derajat-derajat
yang khusus untuk mereka. Mereka dalam kehidupan dunia di bawah yang
lain. Seakan-akan mereka itu, padahal mereka berada dengan badan mereka,
telah melepaskan dan meninggalkannya untuk alam qudsi. Mereka dapat
menyaksikan hal-hal yang halus yang tidak dapat dibayangkan dan
diterangkan dengan lisan. Kesenangan mereka dengan sesuatu yang tidak
dapat dilihat mata dan didengar telinga. Orang yang tidak menyukainya
akan mengingkarinya dan orang yang memahaminya akan membesarkannya."
(al-Isyarat jilid 3 bagian kesembilan tentang makam-makam para 'arif
halaman 363-364)Kemudia beliau melanjutkan, "Jika sampai kepadamu berita bahwa seorang 'arif berbicara lebih dulu tentang hal yang gaib (atau yang akan terjadi), dengan berita yang menyenangkan atau peringatan, maka percayailah. Dan sekali-sekali anda keberatan untuk mempercayainya, karena apa yang dia beritakan mempunyai sebab-sebab yang jelas dalam pandangan-pandangan (aliran-aliran) tabi'at."
Pengetahuan tentang alam gaib yang dicapai manusia lewat hati jika berkenaan dengan pribadi seseorang saja disebut ilham atau isyraq, dan jika berkaitan dengan bimbingan umat manusia dan penyempurnaan jiwa mereka dengan syariat disebut wahyu. Islam dan Sumber-sumber Pengetahuan Dalam teks-teks Islam Qur'an dan Sunnah dijelaskan tentang sumber dan alat pengetahuan: Indra dan akal
Allah swt. berfirman, "Dan Allah yang telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian, sementara kalian tidak mengetahui sesuatu pun, dan (lalu) Ia meciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan dan hati (atau akal) agar kalian bersyukur ". (QS. al-Nahl: 78). Islam tidak hanya menyebutkan pemberian Allah kepada manusia berupa indra, tetapi juga menganjurkan kita agar menggunakannya, misalnya dalam al-Qur'an Allah swt. berfirman, "Katakanlah, lihatlah segala yang ada di langit-langit dan di bumi." (QS. Yunus: 101 ). Dan ayat-ayat yang lainnya yang banyak sekali tentang anjuran untuk bertafakkur. Qur'an juga dalam membuktikan keberadaan Allah dengan pendekatan alam materi dan pendakatan akal yang murni seperti, "Seandainya di langit dan di bumi ada banyak tuhan selain Allah, niscaya keduanya akan hancur." (QS. al-Anbiya': 22). Ayat ini menggunakan pendekatan rasional yang biasa disebut dalam logika Aristotelian dengan silogisme hipotesis. Atau ayat lain yang berbunyi, "Allah memberi perumpamaan, seorang yang yang diperebutkan oleh banyak tuan dengan seorang yang menyerahkan dirinya kepada seorang saja, apakah keduanya sama ?" (QS.al-Zumar: 29) Allah swt berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, niscaya Ia akan memberikan kepada kalian furqon." (QS. al-Anfal: 29) Maksud ayat ini adalah bahwa Allah swt. akan memberikan cahaya yang dengannya mereka dapat membedakan antara yang haq denganyang batil. Atau ayat yang berbunyi, "Dan bertakwalah kepada Allah maka Ia akan mengajari kalian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. al-Baqarah: 282). Dan ayat-ayat yang lainnya. Syarat dan Penghalang Pengetahuan. Meskipun berpengetahuan tidak bisa dipisahkan dari manusia, namun seringkali ada hal-hal yang mestinya diketahui oleh manusia, ternyata tidak diketahui olehnya. Oleh karena itu ada beberapa pra-syarat untuk memiliki pengetahuan,yaitu : Konsentrasi
Orang yang tidak mengkonsentasikan (memfokuskan) indra dan akal pikirannya pada benda-benda di luar, maka dia tidak akan mengetahui apa yang ada di sekitarnya. Akal yang sehat Orang yang akalnya tidak sehat tidak dapat berpikir dengan baik. Akal yang tidak sehat ini mungkin karena penyakit, cacat bawaan atau pendidikan yang tidak benar. Indra yang sehat Orang yang salah satu atau semua indranya cacat maka tidak mengetahui alam materi yang ada di sekitarnya.Jika syarat-syarat ini terpenuhi maka seseorang akan mendapatkan
pengetahuan lewat indra dan akal. Kemudian pengetahuan dapat dimiliki lewat hati. Pengetahuan ini akan diraih dengan syarat-syarat seperti,
membersihkan hati dari kemaksiatan, memfokuskan hati kepada alam yang lebih tinggi, mengosongkan hati dari fanatisme dan mengikuti aturan-aturan syar dan suluk. Seorang yang hatinya seperti itu akan terpantul di dalamnya cahaya Ilahi dan kesempurnaanNya. Ketika syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka pengetahuan akan terhalang dari manusia. Secara spesifik ada beberapa sifat yang menjadi penghalang pengetahuan, seperti sombong, fanatisme, taqlid buta (tanpa dasar yang kuat), kepongahan karena ilmu, jiwa yang lemah (jiwa yang mudah dipengaruhi pribadi-pribadi besar) dan mencintai materi secara berlebihan.
sumber: http://b3rbagi-segala.blogspot.com
dan berbagai sumber
Category:
0 komentar