Modernisasi dan Perubahan Masyarakat

Unknown | 03.53 | 0 komentar


Anthony Giddens berpendapat bahwa modernisasi ibarat pedang bermata dua, yakni membawa perkembangan positif dan negative. Menurut  Giddens modernisasi itulah pula yang melandasi “bayangan ancaman tentang ketidak berartian pribadi” Segala sesuatu yang berarti telah diasingkan dari kehidupan shari-hari, segala sesuatu yang semula berarti dalam kehidupan kini telah ditindas.

Tetapi secara dialektika semakin tinggi refleksitasnya, semakin menigkat kemungkinan untuk kembal ke suatu yang ditindas sebelumnya.
Lebih lanjut menurut Giddens, dalam menganalisis mengenai gejala modernisasi, sitdaknya pada tingkat makro, Giddens menitikberatkan perhatiannya pada nation state, gejala itu terlihat pada empat institusi:
pertama, kapitalisme, yang dikaraktristikkan secara familiar, dengan produksi komoditas, kepemilikan capital privat, upah buruh tanpa kepemilikan, dan sebuah sisitem kelas yang berasal dari karakteristik ini.
Kedua, industrialisasi, yang melibatkan sunber-sumber tenaga mati dan mesin untuk diproduksi.
Ketiga, kapasitas-kapasitas pengamatan. Kempat, kekuatan militer yang sangat berfungsi sebagai media control kehidupan dalam segala aspek.

Istilah “modernisasi” sering diasosiasikan dengan kemajuan atau evolusi, banyak pakar yang menilai bahwa aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu masyarakat adalah pergantian teknik produksi, yaitu dari teknik produksi yang bertumpu pada penggunaan “energy bernyawa” (animate source) ke energy tak bernyawa (inani mate source), sebagaimana terangkum dalam pengertian Revolusi. Akan tetapi, proses yang disebut Revolusi Industri itu hanya salah satu bagian dari aspek modernisasi.

Modernisasi menunjukkan kepada proses prubahan-perubahan social (social change) yang terjadi dalam masyarakat. perubahan tersebut menyangkut pada segenap dimensi kehidupan masyarakat yang biasanya dialami oleh individu atau masyarakat secara keseluruhan. Sebagai proses prubahan, secara historic, modernisasi yang terjadi dalam masyarakat berkembang, merupakan dampak proses industrialisasi, urbanisasi dan perkembangan pemikiran dan iptek.

Moderenisasi masyarakat, secra umum dapat dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah dalam segala aktivitas kehidupan masyarakat. definisi ini bertolak dari gagasan, bahwa bertambahnya pengetahuan ilmiah itu merupakan factor yang terpenting dalam proses modernisasi. Hal ini tidak hanya menyangkut bidang teknik atau ekonomi, akan tetapi mengenai pengetahuan di segala bidang kehidupan,dan semakin mengikatnya pemahaman manusia dalam memahami rahasia-rahasia alam dengan ilmu pengetahuan.

Abad XIX adakalanya disebut era keberhasilan modernitas. Keyakinan terhadap nalar, ilmu dan teknologi, lebih dominan mencerminkan optimism yang tinggi dalam perkembangan masyarakat. tetapi, tak lama kemudian ternyata modernisasi menimbulkan efek ambivalen, dan adakalanya kerusakan itu sangat tragis. Kritik terhadap masyarakat kapitalisme industry sebenarnya telah berlangsung sejak awal abad XIX dan berlanjut selama abad XX.

Kekecewaan terhadap modernisasi baru belakangan ini muncul dan sekaligus menyatakan lahirnya era baru yang disebut “post-modern”. Meski demikian, lama sesudah itu gagasan modernitas masih menjadi pusat perhatian, sedangkan konsep post – modern hanya berarti sebagai konsep residual, sebagai gagasan negative yang menandai oposisi atau penolakan atas modernitas saja.

Kondisi modernitas jelas memengaruhi manusia, kebanyakan pakar melihat gejala modernitas sesuatu yang negative, dalam arti mempertetangkan modernitas dengan masyarakat tradisional atau pra-modern. Akibatnya mereka menghasilkan konsep (dikotomi) yang membandingkan dua keadaan; modern dan tradisional. Analisis mereka ditandai oleh ketregantungan pada landasan, teoritis tertentu (dan adakalanya juga pada landasan ideology atau etika tertentu).

Krisman Kumar mentebutkan ada beberapa karakteristik masyarakat modern, yaitu sebagai berikut:
1.    Individualisme, dalam masyarakat adalah individu, bukan komunitas suku, kelompok atau bangsa. Individu memiliki kebebasan peribadi, bebas dari tekanan ikatan kelompok, bebas berpindah dari kelompok yang diinginkannya, bebas memilih keanggotaan kesatuan social yang diinginkanya, bebas menentukan dan bertanggung jawab sendiri atas kesuksesan maupun kegagalan tindakannya sendiri.
2.    Rasionalitas, masyarakat sudah mengedepankan nilai-nilai rasionalitas dan nyaris menyampingkan nilai-nilai spiritualitas.
3.    Ekonomisme, nilai kehidupan social disominasi oleh aktivitas ekonomi, tujuan ekonomi, kreteria ekonomi, dan prestasi ekonomi.
4.    Demokratisme, seluruh kebijakan didasarkan atas kebijakan yang sifatnya demokratis dan masyarakat ini cenderung tidak menyukai pemimpin otokrasi.
5.    Teknologi, modernisasi cenderung memperluas jangkauan ruang proses globalisasi. Artinya kecenderungan meliputi kawasan geografi yang makin luas dan akhirnya meliputi dunia. Modernisasi juga berkembang makin mendalam, menjangkau bidang kehidupan sehari-hari yang sifatnya pribadi, (misanya, keyakinan agama, prilaku seksual, selera konsumsi, pola hiburan, dan sebagainya).
6.    Sekularisasi, modernisasi cenderung membawa manusia berpandangan bahwa kehidupan nyata lebih penting daripada kehidupan spiritual, dunia lebih penting dari akhrat.

Beberapa ciri umum modernisasi di atas, tercermin dalam berbagai sub bidang kehidupan social. Para sosiolog biasanya menunjukkan sejumlah fenomena baru yang muncul dalam masyarakat modern. Dibidang ekonomi, terlihat fenomena sebagai berikut.

1.    Pertumbuhan ekonomi sangat cepat. Adakalanya memang terjadi juga resesi lokal tetapi secara menyeluruh dan dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomimelampaui kecepatan pertumbuhan yang pernah terjadi dalam priode sejarah sebelumnya.
2.    Terjadinya pergeseran dari produksi agraris kepada industry.
3.    Konsentrasi produksi ekonomi berpusat dikota-kota besar dan kawasan urban.
4.    Lebih banyak menggunakan tenaga mesin ebagai pengganti tenaga kerja manusia dan hewan.
5.    Telah menyebarnya temuan teknologi ke seluruh aspek kehidupan social masyarakat dan nyaris tidak punya batas.
6.    Terbukanya pasar tenaga kerja berkompetensi bebas yang berdasarkan kemampuan.
7.    Terkosentrasinya tenaga kerja di pabrik dan di prusahaan raksasa.
8.    Pentingnya peran pengusaha, manager, atau “kapten industri” dalam pegendalian produksi.
Aspek-aspek masyarakat modern tersebut diatas tercermin dalam tata kemasyarakatan yang sifatnya lebih umum, yaitu dalam struktur social masyarakat. dalam masyarakat modern tumbuh kelompok-kelompok dengan posisi social dalam ekonomi yang sama dengan mempunyai semacam kepentingan bersama. Kelompak-kelompok itu dapat dipandang sebagai kelas-kelas social. Kelas petani, penyewa tanah, dan lain sebagainya. Dan kelas bawah, seperti petani, pengerajin akan berkurang artinya ditengah masyarakat dan dipandang sebagai kaum marjinal. Sebaliknya, kelas buruh industry, kelas intelektual, kelas manajer prindustrian mendapat tempat terhormat di mata masyarakat dan dinilai sangat berjasa dalam melakukan perubahan.

Sistem ekonomi semacam ini merombak keseluruhan struktur kelas dan stratifikasi social yang ada, sehingga akan memunculkan:

1.    Situasi pemilikan dan posisi pasar menjadi penentu utama status social.
2.    Bagian terbesar penduduk mengalami prses proletarisasi dan proses peiskinan; mereka berubah menjadi tenaga kerja miskin disebabkan orang kaya semakin mendapatkan kesempatan untuk bertambah kaya.
3.    Disisi lain terdapat kelompok kapitalis pemilik capital yang mmperoleh kekayaan dengan menginvestasikan kembali keuntungan prusahaannya untuk kepentingan diri mereka sendiri sehingga ketimpangan social makin mecolok.
4.    Antara kelas proletar dan kapitalis muncul kelas menengah yang semakin besar jumlahnya, mcakup berbagai profesi; orang yang bekerja disektor perdagangan, administrasi, transportasi, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan jasa lainya.

Perubahan itu, bukan hanya terjadi dibidang social, ekonomi, namun akan terjadi juga perubahan besar dibidang politik, yang meliputi sebagai berikut.

1.    Peran negara semakin besar, negara melaksanakan fungsi baru dalam mengatur dan mengoordinasi produksi, distribusi kekayaan, melindungi kedaulatan ekonomi, dan merangsang pengembangan pasar luar negeri.
2.    Mengembangkan pemerintahan berdasarkan hukum yang mengikat pemerintas maupun warga negara.
3.    Berkembangnya penggolongan warganegara, kategori social semakin luas dengan sipil dan hak politik semakin besar.
4.    Berkembangnya “organisasi birokrasi rasional” yag impersonal sebagai sistem manajemen dan administrasi dominan dalam segala aspek kehidupan social.
Disamping prubahan sistem social, sistem ekonomi, sistem politik, terjadi juga perubahan dibidang kultur, diantaranya terdapat empat fenomena penting.

1.    Sekularisasi, merosotnya art penting keyakinan agama, kekuatan gaib, nilai, dan norma, kemudian digantikan oleh gagasan dan aturan yang disahkan oleh argument dan pertimbangan “duniawi”.
2.    Peran sentral ilmu yang membuka jalan untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam bentuk teknologi atau kegiatan produktif.
3.    Demokratisasi pendidikan yang menjangkau lapisan penduduk yang semakin luas dan tingkat pendidikan semakin tinggi.
4.    Munculnya kultur massa, produk estetika, kesusastraan, dan artistic yang berubah menjadi komoditas dan tersebar luas di pasar serta menarik selera semua lapisan social.

Lebih lanjut, modernisasi akan membawa dampak p erubahan dalam bidang kehidupan sehari-hari, dalam hal ini beberapa fenomena yang terjadi sebagai berikut.

1.    Perluasan bidang pekerjaan dan pemisahannya dari kehidupan keluarga.
2.    Terjadinya kematangan dan kemandirian (privatization) dalam keluarga, namun terjadi pemisahan dari control social komunitas.
3.    Pemisahan antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk bersantai, selain itu waktu untuk bersantai makin banyak.
4.    Peningkatan konsumerisme, kehidupan sehari-hari tertuju pada pendapatan dan konsumsi barang yang dianggap sebagai symbol peran yang penting (konsumsi mencolok, belanja sebagai aktivitas memuaskan diri sendiri terlepas dari kebutuhan nyata untuk membeli).

Timbul dan lestarinya masyarakat modern juga tergantung pada perkembangan kebudayaan. Sisitem kepercayaan dan pandangan dunia berubah sifatnya menjadi lebih universal, diamana masyarakat dunia seluruhnya mendapat tempat dan arti. Bersamaan dengan itu terjadilah semacam sekularisasi, dalam bidang kehidupan yang berbeda-beda.

Aktivitas-aktivitas yang terpenting, sifatnya lebih otonom, termasuk masalah agama. Ini berarti, didalam masyarakat modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu yang dominan. Era modern dengan segala propagandanya telah meluluhlantakkan nilai-nilai moral di seluruh dunia. Manusia digiring menuju nilai-nilai materialism yang menjunjung tinggi hedonism tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Akibatnya muncul euphoria sekularis yakni tergila-gila pada materi dan menjadikannya tujuan hidup.
Isi materi buku. Agama dan Rialitas Sosial, renungan & jalan menuju kebahagian
Muhammad Fauzi, M.Ag

Category:

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

0 komentar