Modernisasi dan Perubahan Masyarakat
Anthony Giddens berpendapat bahwa
modernisasi ibarat pedang bermata dua, yakni membawa perkembangan positif dan
negative. Menurut Giddens modernisasi
itulah pula yang melandasi “bayangan ancaman tentang ketidak berartian pribadi”
Segala sesuatu yang berarti telah diasingkan dari kehidupan shari-hari, segala
sesuatu yang semula berarti dalam kehidupan kini telah ditindas.
Tetapi secara dialektika semakin tinggi
refleksitasnya, semakin menigkat kemungkinan untuk kembal ke suatu yang
ditindas sebelumnya.
Lebih lanjut menurut Giddens, dalam
menganalisis mengenai gejala modernisasi, sitdaknya pada tingkat makro, Giddens
menitikberatkan perhatiannya pada nation state, gejala itu terlihat pada
empat institusi:
pertama, kapitalisme, yang dikaraktristikkan secara
familiar, dengan produksi komoditas, kepemilikan capital privat, upah buruh
tanpa kepemilikan, dan sebuah sisitem kelas yang berasal dari karakteristik
ini.
Kedua, industrialisasi, yang melibatkan sunber-sumber tenaga mati dan
mesin untuk diproduksi.
Ketiga, kapasitas-kapasitas pengamatan. Kempat, kekuatan
militer yang sangat berfungsi sebagai media control kehidupan dalam segala
aspek.
Istilah “modernisasi” sering
diasosiasikan dengan kemajuan atau evolusi, banyak pakar yang menilai bahwa
aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu masyarakat adalah
pergantian teknik produksi, yaitu dari teknik produksi yang bertumpu pada
penggunaan “energy bernyawa” (animate source) ke energy tak bernyawa (inani
mate source), sebagaimana terangkum dalam pengertian Revolusi. Akan tetapi,
proses yang disebut Revolusi Industri itu hanya salah satu bagian dari aspek
modernisasi.
Modernisasi menunjukkan kepada proses
prubahan-perubahan social (social change) yang terjadi dalam masyarakat.
perubahan tersebut menyangkut pada segenap dimensi kehidupan masyarakat yang
biasanya dialami oleh individu atau masyarakat secara keseluruhan. Sebagai
proses prubahan, secara historic, modernisasi yang terjadi dalam masyarakat
berkembang, merupakan dampak proses industrialisasi, urbanisasi dan
perkembangan pemikiran dan iptek.
Moderenisasi masyarakat, secra umum dapat
dirumuskan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah dalam segala aktivitas
kehidupan masyarakat. definisi ini bertolak dari gagasan, bahwa bertambahnya
pengetahuan ilmiah itu merupakan factor yang terpenting dalam proses
modernisasi. Hal ini tidak hanya menyangkut bidang teknik atau ekonomi, akan
tetapi mengenai pengetahuan di segala bidang kehidupan,dan semakin mengikatnya
pemahaman manusia dalam memahami rahasia-rahasia alam dengan ilmu pengetahuan.
Abad XIX adakalanya disebut era
keberhasilan modernitas. Keyakinan terhadap nalar, ilmu dan teknologi, lebih
dominan mencerminkan optimism yang tinggi dalam perkembangan masyarakat.
tetapi, tak lama kemudian ternyata modernisasi menimbulkan efek ambivalen, dan
adakalanya kerusakan itu sangat tragis. Kritik terhadap masyarakat kapitalisme
industry sebenarnya telah berlangsung sejak awal abad XIX dan berlanjut selama
abad XX.
Kekecewaan terhadap modernisasi baru
belakangan ini muncul dan sekaligus menyatakan lahirnya era baru yang disebut
“post-modern”. Meski demikian, lama sesudah itu gagasan modernitas masih
menjadi pusat perhatian, sedangkan konsep post – modern hanya berarti sebagai
konsep residual, sebagai gagasan negative yang menandai oposisi atau penolakan
atas modernitas saja.
Kondisi modernitas jelas memengaruhi
manusia, kebanyakan pakar melihat gejala modernitas sesuatu yang negative,
dalam arti mempertetangkan modernitas dengan masyarakat tradisional atau
pra-modern. Akibatnya mereka menghasilkan konsep (dikotomi) yang membandingkan
dua keadaan; modern dan tradisional. Analisis mereka ditandai
oleh ketregantungan pada landasan, teoritis tertentu (dan adakalanya juga pada
landasan ideology atau etika tertentu).
Krisman Kumar mentebutkan ada beberapa
karakteristik masyarakat modern, yaitu sebagai berikut:
1.
Individualisme, dalam masyarakat adalah individu, bukan
komunitas suku, kelompok atau bangsa. Individu memiliki kebebasan peribadi,
bebas dari tekanan ikatan kelompok, bebas berpindah dari kelompok yang
diinginkannya, bebas memilih keanggotaan kesatuan social yang diinginkanya,
bebas menentukan dan bertanggung jawab sendiri atas kesuksesan maupun kegagalan
tindakannya sendiri.
2.
Rasionalitas, masyarakat sudah mengedepankan nilai-nilai
rasionalitas dan nyaris menyampingkan nilai-nilai spiritualitas.
3.
Ekonomisme, nilai kehidupan social disominasi oleh aktivitas ekonomi, tujuan
ekonomi, kreteria ekonomi, dan prestasi ekonomi.
4.
Demokratisme, seluruh kebijakan didasarkan atas kebijakan
yang sifatnya demokratis dan masyarakat ini cenderung tidak menyukai pemimpin
otokrasi.
5.
Teknologi, modernisasi cenderung memperluas jangkauan ruang proses
globalisasi. Artinya kecenderungan meliputi kawasan geografi yang makin luas
dan akhirnya meliputi dunia. Modernisasi juga berkembang makin mendalam,
menjangkau bidang kehidupan sehari-hari yang sifatnya pribadi, (misanya,
keyakinan agama, prilaku seksual, selera konsumsi, pola hiburan, dan
sebagainya).
6.
Sekularisasi, modernisasi cenderung membawa manusia
berpandangan bahwa kehidupan nyata lebih penting daripada kehidupan spiritual,
dunia lebih penting dari akhrat.
Beberapa ciri umum modernisasi di atas,
tercermin dalam berbagai sub bidang kehidupan social. Para sosiolog biasanya
menunjukkan sejumlah fenomena baru yang muncul dalam masyarakat modern.
Dibidang ekonomi, terlihat fenomena sebagai berikut.
1.
Pertumbuhan ekonomi sangat cepat. Adakalanya memang terjadi juga
resesi lokal tetapi secara menyeluruh dan dalam jangka panjang pertumbuhan
ekonomimelampaui kecepatan pertumbuhan yang pernah terjadi dalam priode sejarah
sebelumnya.
2.
Terjadinya pergeseran dari produksi agraris kepada industry.
3.
Konsentrasi produksi ekonomi berpusat dikota-kota besar dan kawasan
urban.
4.
Lebih banyak menggunakan tenaga mesin ebagai pengganti tenaga kerja
manusia dan hewan.
5.
Telah menyebarnya temuan teknologi ke seluruh aspek kehidupan
social masyarakat dan nyaris tidak punya batas.
6.
Terbukanya pasar tenaga kerja berkompetensi bebas yang berdasarkan
kemampuan.
7.
Terkosentrasinya tenaga kerja di pabrik dan di prusahaan raksasa.
8.
Pentingnya peran pengusaha, manager, atau “kapten industri” dalam
pegendalian produksi.
Aspek-aspek masyarakat modern tersebut
diatas tercermin dalam tata kemasyarakatan yang sifatnya lebih umum, yaitu
dalam struktur social masyarakat. dalam masyarakat modern tumbuh
kelompok-kelompok dengan posisi social dalam ekonomi yang sama dengan mempunyai
semacam kepentingan bersama. Kelompak-kelompok itu dapat dipandang sebagai
kelas-kelas social. Kelas petani, penyewa tanah, dan lain sebagainya. Dan kelas
bawah, seperti petani, pengerajin akan berkurang artinya ditengah masyarakat
dan dipandang sebagai kaum marjinal. Sebaliknya, kelas buruh industry, kelas
intelektual, kelas manajer prindustrian mendapat tempat terhormat di mata
masyarakat dan dinilai sangat berjasa dalam melakukan perubahan.
Sistem ekonomi semacam ini merombak
keseluruhan struktur kelas dan stratifikasi social yang ada, sehingga akan
memunculkan:
1.
Situasi pemilikan dan posisi pasar menjadi penentu utama status
social.
2.
Bagian terbesar penduduk mengalami prses proletarisasi dan proses
peiskinan; mereka berubah menjadi tenaga kerja miskin disebabkan orang kaya
semakin mendapatkan kesempatan untuk bertambah kaya.
3.
Disisi lain terdapat kelompok kapitalis pemilik capital yang
mmperoleh kekayaan dengan menginvestasikan kembali keuntungan prusahaannya untuk
kepentingan diri mereka sendiri sehingga ketimpangan social makin mecolok.
4.
Antara kelas proletar dan kapitalis muncul kelas menengah yang
semakin besar jumlahnya, mcakup berbagai profesi; orang yang bekerja disektor
perdagangan, administrasi, transportasi, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan jasa
lainya.
Perubahan itu, bukan hanya terjadi
dibidang social, ekonomi, namun akan terjadi juga perubahan besar dibidang
politik, yang meliputi sebagai berikut.
1.
Peran negara semakin besar, negara melaksanakan fungsi baru dalam
mengatur dan mengoordinasi produksi, distribusi kekayaan, melindungi kedaulatan
ekonomi, dan merangsang pengembangan pasar luar negeri.
2.
Mengembangkan pemerintahan berdasarkan hukum yang mengikat
pemerintas maupun warga negara.
3.
Berkembangnya penggolongan warganegara, kategori social semakin
luas dengan sipil dan hak politik semakin besar.
4.
Berkembangnya “organisasi birokrasi rasional” yag impersonal
sebagai sistem manajemen dan administrasi dominan dalam segala aspek kehidupan
social.
Disamping prubahan sistem social, sistem
ekonomi, sistem politik, terjadi juga perubahan dibidang kultur, diantaranya
terdapat empat fenomena penting.
1.
Sekularisasi, merosotnya art penting keyakinan agama, kekuatan
gaib, nilai, dan norma, kemudian digantikan oleh gagasan dan aturan yang
disahkan oleh argument dan pertimbangan “duniawi”.
2.
Peran sentral ilmu yang membuka jalan untuk mendapatkan pengetahuan
yang benar dan selanjutnya dimanfaatkan dalam bentuk teknologi atau kegiatan
produktif.
3.
Demokratisasi pendidikan yang menjangkau lapisan penduduk yang
semakin luas dan tingkat pendidikan semakin tinggi.
4.
Munculnya kultur massa, produk estetika, kesusastraan, dan artistic
yang berubah menjadi komoditas dan tersebar luas di pasar serta menarik selera
semua lapisan social.
Lebih lanjut, modernisasi akan membawa
dampak p erubahan dalam bidang kehidupan sehari-hari, dalam hal ini beberapa
fenomena yang terjadi sebagai berikut.
1.
Perluasan bidang pekerjaan dan pemisahannya dari kehidupan
keluarga.
2.
Terjadinya kematangan dan kemandirian (privatization) dalam
keluarga, namun terjadi pemisahan dari control social komunitas.
3.
Pemisahan antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk bersantai,
selain itu waktu untuk bersantai makin banyak.
4.
Peningkatan konsumerisme, kehidupan sehari-hari tertuju pada
pendapatan dan konsumsi barang yang dianggap sebagai symbol peran yang penting
(konsumsi mencolok, belanja sebagai aktivitas memuaskan diri sendiri terlepas
dari kebutuhan nyata untuk membeli).
Timbul dan lestarinya masyarakat modern
juga tergantung pada perkembangan kebudayaan. Sisitem kepercayaan dan pandangan
dunia berubah sifatnya menjadi lebih universal, diamana masyarakat dunia
seluruhnya mendapat tempat dan arti. Bersamaan dengan itu terjadilah semacam
sekularisasi, dalam bidang kehidupan yang berbeda-beda.
Aktivitas-aktivitas yang terpenting,
sifatnya lebih otonom, termasuk masalah agama. Ini berarti, didalam masyarakat
modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu yang dominan. Era modern dengan
segala propagandanya telah meluluhlantakkan nilai-nilai moral di seluruh dunia.
Manusia digiring menuju nilai-nilai materialism yang menjunjung tinggi hedonism
tanpa melibatkan nilai-nilai agama. Akibatnya muncul euphoria sekularis yakni
tergila-gila pada materi dan menjadikannya tujuan hidup.
Isi materi buku. Agama dan Rialitas
Sosial, renungan & jalan menuju kebahagian
Muhammad Fauzi, M.Ag
Category: UMUM
0 komentar