Puisi Relaksasi
Kipas
Angin
siapakah yang paling setia
menjaga suhu kamar agar wajar terasa
bila ada, mungkin baling-baling, tombol on
dan off -lah
yang telah membuat kami hidup dan mati
pada siang dan malam
kalau aliran listrik tak perlu diragukan
ia adalah roh penggerak
setiap kemasan komponen barang-barang
rumahan akhir zaman
bila kami boleh memilih antara diam dan
berputar
kami lebih memilih berputar, agar selalu
bergerak dan menjaga
kenyaman anggota keluarga dalam ruang
tamu atau ruang tidur
agar terhindar dari aroma badan yang
berkeringat dan kegerahan
kami bagai magnet dan kawat-kawat tembaga
yang bersatu dalam kumparan
memikat dan menarik setiap persangkaan
diam bagi kami bukanlah pilihan, apa lagi
akhir-akhir ini orang-orang gemar
membuat diksi baru dalam pemberitaan,
sebut saja pemanasan global,
cuaca esktrim dan lain sebutan untuk
mengkambing hitamkan alam,
tapi tugas kami adalah berputar
tanpa kata-kata lalu menggerakkan udara efek
rumah kaca yang diam
kami harus bergerak dan terus berputar,
membantu meramaikan antrian rumah sakit
di langit
sebab lapangan pekarjaan sekarang juga sedang
demam,
dan dibalik itu juga ada nada ancaman “jangan
terlalu sering
bila tidur seluruh badan ditiup kipas
angin sepanjang malam”
dengan berbagai macam nada keluhan
masuk angin, sakit paru-paru atau segala
yang rentan
kami pula kerap menjadi alasan-alasan, lantas segera melupakan
apa yang pernah kami lakukan, begerak dan
berputar
menjaga suhu kamar agar berasa wajar
namun bila kami kesal
kadang pula terlintas dalam pikiran agar seluruh
aliran listrik di negeri ini padam
selama 500 bulan, sebab kamipun merasa tak
enak hati dengan angin
yang dilahirkah gunung dan hutan-hutan,
sekali waktu mereka pernah datang dan
berkata,
“kami terkadang seolah tak dibutuhkan karena
mereka sibuk dari nafsu kelalaian”.
Serang
(24/08/2012)
Lemari Pakaian
bila setiap kejadian ingin diceritakan
mungkin kamilah yang lebih tahu segala
peristiwa
dalam kamar itu, dan nyatanya kamilah
yang paling
tahu dan pandai menyimpan isi rahasia
setiap pakaian dari luar hingga dalam
hampir seluruhnya kami kenal
dari aroma detergen pewangi atau pelembut
pakaian sekarang yang lagi tenar
diantara dinding daun pintu dan sepasang
katup pengunci tubuh kami
disinilah kami sembunyikan rapat-rapat,
ketulusan dan kepalsuan
kami sembunyikan aroma baju baru yang
dibeli dari uang halal dan haram
dan juga baju yang telah pudar atau celana
dalam dan rok yang jahitanya mulai
putus dan cerai, dan kami adalah
satu-satunya tempat menitipkan pernik-pernik
kenangan, kotak kado pertama dari sang
pacar, foto-foto di bulan cinta monyet
atau selembar surat sengketa tanah dengan
saudara sepersusuan
juga beberapa lembar uang logam dan kertas
pernah kami kenal baik warna tahun dan
tanda tanggan
penguasa zaman yang selalu ingin bertahan
namun keluarga kecoa yang senang
bersarang ke dalam laci kami
akan menjelma bagai peti kenangan
kami yang tak banyak bicara ini selalu khusyu
menyaksikan setiap kejadian
dalam ruangan, hingga terus lahir penerus
dari generasi kegenerasi
dan akhirnya kami akan benar-benar
bungkam, kelak bila beruntung
kami hanya akan disebut sebagai lemari
pakaian antik yang tak akan pernah
dilupkan bagai sejarah dalam buku yang berupa
lempengan-lempengan emas
dari tanah jajahan
biar cermin yang nempel di daun pintu
akan menjadi buram
tapi kamilah yang paling tahu dan pandai
menyimpan setiap rahasia pasangan
dari setiap kejadian ketulusan dan beberapa
laku kepalsuan
Serang
(24/08/2012)
Malam Bergumam
dengan cahaya lampu kamar yang sengaja
kumatikan
burung apa pada pukul satu malam
memekikan suaranya diselaput kesunyian
pertanda musim apa yang ingin kau
khabarkan
ditengah-tengah kesulitan memejamkan ini
mata
dan menutup sepasang telinga
batalyon nyamuk tak henti menyerbu dalam
kamar
di luar pagar rumah
bunyi mesin kendaraan orang iseng masih
ada
kota hampir lelap sepenuhnya
diam bagai penghianatan
burung apa ditengah malam memekikan
suaranya
pesan apa yang ingin kau jadikan amanat
kepiluan apa yang ingin kau ceritan
mangsa apa yang belum kau dapatkan
burung apa di malam remang
suaranya hampir tak ber-jeda
bagai terjebak di belantara kota para
perantau
serang 01/12/2012
Erwin S.Hate tinggal Metro Melati, tahun 2008
salah satu kampus swasta di Lampung pernah mewisuda saya sebagai S.pd, pernah ngajar lalu berhenti dan kini masih
belajar menulis dan mewaspadai gejala sosial dan alam sebagai tambang membuat
karya-karya tulisan. Email: gadingemasandalas@gmail.com Hp: 085379739581
Category: puisi menyejukkan
0 komentar